Ken Setiawan, Pendiri NII Crisis Center
Nasional, BogorUpdate.com
Ken Setiawan, pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center menyatakan bahwa NII sudah tamat atau selesai sejak tahun 1962.
Adapun maksud dari Ken Setiawan, yaitu NII yang diproklamasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 7 Agustus 1949 di Malangbong, Garut, Jawa Barat, sudah selesai.
“Selama 13 tahun Kartosoewirjo mengangkat senjata melawan aparat. Baru pada tahun 1962 ia ditangkap dalam kondisi sakit. Sebelum Kartosoewirjo dieksekusi mati pada tahun 1964, imam Besar NII itu mengeluarkan fatwa agar seluruh anggota Darul Islam/Tentara Islam Indonesia untuk meletakkan senjata dan menyerahkan diri dan kembali ke pangkuan Republik Indonesia,” ujar Ken Setiawan melalui keterangan tertulisnya, Jumat (5/11/21).
Ken sapaan akrabnya itu menambahkan, NII memang sudah tamat sejak 1962. Namun setelah belasan tahun NII mati suri dan kembali dihidupkan lagi oleh Adah Djaelani dan kawan-kawannya. Veteran NII yang kala itu berjumlah 40 ribu orang dikonsolidasikan kembali dalam struktur organisasi perlawanan.
“Lalu pasca Kartosoewirjo dipilihlah tokoh Aceh Daud Beureueh sebagai iman NII, sesudahnya digantikan Adah Djaelani. Termasuk saat peristiwa Komando Jihad yang membuat kekuatan NII kian melemah,” ungkapnya.
Salah satu tokoh komando jihad yang pernah ditangkap karena kasus Bom Borobudur adalah Abdul Qadir Hasan Baraja yang sekarang menjadi pimpinan pusat Khilafatul Muslimin.
Setelah Adah, kata Ken, kepemimpinan NII diserahkan kepada generasi muda yaitu Abu Maarik alias Abu Toto alias Toto Salam alias Syamsul Alam alias Abdus Salam alias Panji Gumilang hingga sekarang. Sebelum menjadi Imam Besar NII, Panji Gumilang adalah komandan wilayah 9 NII. Maka gerakan NII sekarang dikenal NII KW 9 yang berpusat di pesantren alzaytun Indramayu Jawa Barat.
Lanjutnya, ditangan Panji Gumilang inilah NII mulai membesar bahkan jumlahnya mencapai ratusan ribu karena sistem kadernya bagus sekali, militansi anggotanya dibangun karena punya lawan, dan lawan mereka adalah negara.
“Gerakan NII di masyarakat tidak semuanya menggunakan nama NII, disamping ada yang masih pakai nama KW, ada juga yang pakai nama Khikafatul Musllimin, Kesatuan Al Haq, Islam Shahadatain, Alquran Suci, Gafatar, Masyarakat Indonesia Membangun (MIM) bahkan mereka juga menggunakan nama organisasi masyarakat atau yayasan yang bergerak dibidang sosial untuk mencari dana amal sumbangan. Kelihatannya beda nama tapi pada dasarnya idologinya sama yaitu NII walapun antara KW satu dengan KW yang lain terjadi perselisian dalam aktifitas perjuangan dimasyarakat,” ujar Ken.
Selain basisnya di Jawa Barat dan Lampung yang memang punya historis sejarah masalalu, kelompok NII juga besar di Sumatera Selatan. Dirinya mendata dan cukup kaget ketika bertemu dengan para mantan dan yang masih aktif untuk berdialog angka jamaah aktif masih mencapai ratusan.
Orang tua santri Alzaytun yang dikenal sebagai korwil didaerah ternyata di sumatera selatan juga merekrut masyarakat terutama kalangan remaja untuk bergabung di kelompok NII. Termasuk mereka juga membangun jaringan usaha dan bisnis, jadi tawaran awal bukan agama, tapi jaringan usaha dan bisnis jadi masyarakat banyak yang tertarik bukan karena ajaranya, tapi awalnya karena jaringan usaha dan bisnisnya.
Ken menegaskan, bila tidak ada upaya pencegahan yang masif oleh aparat pemerintah, jaringan ini dipastikan akan terus membesar walaupun saat ini dari kelompok NII belum bicara tentang aksi tindakan teror, mereka baru bicara perekrutan dan penggalangan dana, tapi tidak mustahil orang orang NII itu kecewa lalu pindah ke kelompok teroris.
“Sebagai contoh beberapa jamaah NII sumsel yang berhasil ditemui Ken mengatakan, doktrin mereka itu saat ini adalah kondisi perang, tapi kok tidak perang perang, cuma rekrut anggota dan cari dana, khawatirnya orang yang dikecewa ini akan bergabung kelompok teroris JI ataupun JAD,” ucapnya.
Menurutnya, jaringan teroris itu tidak perlu didik lagi karena jamaah NII sudah militan, kebencian mereka kepada negara dan aparat sudah mengakar, tinggal poles dikit maka bisa melakukan amaliah teror dan faktanya banyak kelompok NII yang lompat ke JI atau JAD.
“Paham NII itu saat ini lebih jahat dari yang jahat, karena anggotanya akan dimiskinkan hartanya atas nama infak bernegara islam, dirusak ahlaknya, dihancurkan masa depanya. Jadi komplit,” katanya.
Diakhir Ken mengatakan, bila ada masyarakat yang di lingkunganya atau keluarganya ada yang teridentifikasi terpapar paham NII bisa menghubungi hotline NII Crisis Center di WhatsApp 0898-5151-228.