Scroll untuk baca artikel
Bogor RayaHomeNewsPolitik

Politik Penetrasi

×

Politik Penetrasi

Sebarkan artikel ini

Oleh: Saiful Kurniana
Masyarakat Kabupaten Bogor

Opini, BogorUpdate.com – Vonis Bupati Bogor nonaktif Ade Yasin di Pengadilan Tipikor Bandung beberapa waktu lalu, ternyata belum jadi akhir segalanya.

Politisi PPP yang tersangkut kasus suap auditor BPK Jawa Barat ini lanjut ke banding. Bedanya Ade Yasin telah lepas dari ikatan apapun yang berhubungan dengan Pemerintahan Daerah dan semua perangkatnya setelah vonis.

Secara De facto Ade Yasin mungkin tidak bisa lagi berkiprah di politik, apalagi keputusan PN Tipikor Bandung di kuatkan di Pengadilan yang lebih tinggi. Maksimalnya vonis hingga pencabutan hak politik Ade Yasin oleh hakim jadi portal untuknya masuk ke domain kekuasaan.

Jabatan menjadi sebuah resiko dan ini sebuah pilihan. Sebab meski ada kasus serupa yang juga terjadi pada bupati Bogor sebelumnya, memilih kekuasaan tertinggi di bumi tegar beriman rasanya masih menarik meski berakhir tragis.

Kata hijau untuk mengindetikan warna penguasa di kabupaten Bogor telah berjalan dalam kurun sepuluh tahun terakhir. Dua penguasa dengan warna sama harus lepas jabatan setelah tersandung kasus yang di ungkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di birokrasi relatif santai dengan kasus kedua yang menimpa Ade Yasin. Meski guncangan psikis masih sempat memukul beberapa pejabat yang ada kaitan dengan kasus tersebut.

Spesifik, Ade Yasin yang akhirnya dipaksa menyerah karena kasusnya, berarti ada makna baru terhadap perpolitikan di kabupaten Bogor. Bagi sebagian kalangan, hijau akan tetap hijau tidak akan kusam karena kasus. Kenyataan ini berbalik karena sebagian lain menganggap dinasti hijau sudah usai.

Dua kelompok beda tafsir soal hijau jelas mewakili kepentingan, namun dalam politik, tafsir relatif tidak memiliki makna apapun. Politik tetap politik yang bertumpu pada kesamaan kepentingan sebagai energi utama.

Untuk catatan, hijau dianggap berhasil melakukan penetrasi politik sejak era Rachmat Yasin menjadi Ketua DPRD atau bahkan jauh sebelum itu. Hegemoni poltik PPP yang di komandoi Rachmat Yasin sanggup menembus basis islam moderat sekaligus tradisional hampir di seluruh Kabupaten Bogor. Di kalangan lain, kelompok muda perorangan atau organisasi juga tidak luput dari pembinaan dan terekrut jadi bagian pemenangan di setiap kontestasi termasuk Pilkada.

Dahsyat lagi, kelompok birokrasi bahkan dihijaukan untuk yang jenis abu-abu sekalipun. Begitu pentingnya hijau, Rachmat Yasin bahkan masih sanggup mendatangkan puluhan bus berisi kepala desa ke sukamiskin untuk memenangkan Ade Yasin sebagai Bupati sekaligus menghijaukan Kabupaten Bogor di Pilkada 2018 lalu.

Saat ini, kabupaten Bogor di fase konsolidasi politik untuk 2024. Dan Plt Bupati Bogor adalah hasil pabrikan Hijau meski identik putih atau dari partai seberang (Gerindra).

Kemana Rachmat Yasin, ternyata langkah nya belum terhenti. Terakhir pria yang akrab di sapa RY ini sempat mengumpulkan pendukungnya dan simpatisan yang dianggap masih sepakat di sebuah rumah miliknya. Tidak khusus membahas 2024, namun penggalangan ini serasa seksi untuk sebuah tujuan besar.

Mungkin jauh berbeda dengan tiga Pilkada sebelumnya yang orientasi hijaunya lebih lekat sekaligus mudah. Namun politik tetap bisa bermain di semua kaki dan dari yang terlihat sampai yang tidak terlihat. Ketokohan RY jadi pilar penting saat hijau mampu memenangkan pertandingan di kompetisi Pilkada Kabupaten Bogor bahkan mungkin di Pilkada 2024 mendatang.

Kedepan RY harus bersaing secara politik dengan munculnya sejumlah tokoh-tokoh politisi dengan warna lain. Menghendaki kekuasaan dan siap berjibaku di pentas Pilkada. Tidak ringan untuk pendatang baru namun tidak mudah juga untuk RY untuk siapapun yang akan di calonkan jadi orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman.

Sementara dengan jumlah pemilih tetap di angka 3 juta orang lebih di seluruh Kabupaten Bogor, dua kelompok yang manjadi basis adalah pribumi dan pendatang yang jumlahnya hampir berimbang. Secara psikis, kelompok pribumi lebih mengenal kesamaan bahasa, adat istiadat dan hijau telah mendominasi di wilayah ini.

Sulit untuk menyandingkan politik dengan kata realistis. Namun kita masih berharap basis massa bisa obyektif untuk melihat dan akhirnya menentukan pilihan nya dengan adil. Adil untuk dirinya dan adil untuk kehidupan sesamanya setelah memilih pemimpin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *