Cibinong, BogorUpdate.com – SMP Mardi Waluya Cibinong resmi memberhentikan pelatih basketnya, usai insiden siswanya yang lakukan pemukulan terhadap SMPN 1 Kota Bogor dalam turnamen SDH Basketball Cup 2025.
Kepala Sekolah SMP Mardi Waluya Cibinong, Rina Astuti mengatakan bahwa pihak sekolah telah mengambil langkah tegas dengan memberhentikan pelatih berinisial SMN imbas kejadian tersebut.
“Kami memberikan sanksi berupa pemberhentian pelatih basket SMN yang terlibat langsung dalam insiden tersebut per tanggal 21 Februari 2025,” ujar Rina Astuti saat menggelar konferensi pers di sekolahnya, Senin (24/2/25).
Rina menjelaskan, hal itu dilakukan karena pihak sekolah yakin bahwa pelatih juga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk mental dan perilaku siswa di luar maupun dalam lapangan.
Adapun, Rina mengungkapkan ditunjuknya SMN sebagai pelatih kepala di SMP Mardi Waluya Cibinong saat itu untuk mengarungi turnamen basket.
“Itu (pelatih SMN) memang tidak berlisensi karena kondisi kekosongan yang ada di sekolah, kemudian sebagai bentuk persiapan turnamen,” ucapnya.
Lebih lanjut, Rina berharap adanya insiden itu bisa menjadi pelajaran bagi seluruh siswa dan guru untuk menjaga nilai-nilai sportivitas dalam dunia olahraga, baik di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
“Sekolah berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan penuh semangat pembelajaran bagi seluruh siswa,” tuturnya.
Seperti diketahui, kejadian pemukulan itu terjadi pada Senin, 17 Februari 2025 saat kedua tim bertanding di Sekolah Dian Harapan Bogor.
Saat itu, pelaku berinisial RCS terekam kamera memukul kepala, perut, dan menekel korban hingga terjatuh di depan riuh penonton. (Erwin)
bila melihat pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah, ada kesan sekolah cuci tangan di kasus ini. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi, mulai dari pendampingan siswa sampai dengan pemilihan pelatih yang sesuai prosedur. Tindak kekerasan yang dilakukan siswa tidak muncul secara spontan tetapi dipengaruhi oleh lingkungan rumah, lingkungan sekolah, serta lingkungan pergaulan pelaku. Pendampingan terhadap siswa diperlukan untuk mencegah tindakan kekerasa terjadi. Hal ini juga menjadi tanggung jawab sekolah dan orang tua. Manajemen sekolah juga memiliki andil di kasus ini karena secara sadar memilih kepala pelatih tidak berlisensi dalam menghadapi turnamen yang menjadi TKP.