Bogor RayaHomeNews

Selama 2024, KPAD Tangani 81 Kasus Kekerasan di Kabupaten Bogor

Cibinong, BogorUpdate.com – Di momen perayaan Hari Anak Nasional 2025 yang jatuh pada Rabu, (23/7/2025). Rupanya, kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bogor masih tinggi pada tahun 2024.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor, Erwin Suriana mengatakan bahwa sepanjang Januari hingga Desember 2024 ada 81 kasus kekerasan yang menimpa anak di Bumi Tegar Beriman.

Menurut Erwin, data itu didapatkannya dari tiga kategori, yakni melalui pengaduan langsung ke KPAD Kabupaten Bogor, media massa, dan temuan langsung di lapangan.

“Kekerasan terhadap anak 5 kasus, pencabulan pemerkosaan dan pelecehan 22, anak dalam darurat atau bencana 14, hak asuh anak atau pengasuhan 11, penculikan anak 3, penelataran anak 6,” ujar Erwin Suriana saat dikonformasi BogorUpdate.com via seluler.

“Lalu ada anak hilang 1 kasus, gangguan lalu lintas oleh anak 2, anak terhadap pendidikan 4, bullying 6, dan anak berhadapan dengan hukum 7,” tambahnya.

Total, laporan melalui media massa menjadi yang tertinggi dengan 44 kasus, pengaduan langsung 34, temuan langsung di lapangan 3 dengan total keselurahan mencapai 81 kasus.

Untuk menanggulangi hal tersebut di tahun 2025 ini, Erwin ingin peran keluarga bisa lebih aktif dalam membimbing anak.

“Yang pertama adalah keluarga karena pondasi utamanya itu. Orang tua yang baik memberikan pola asuh demokratis seperti memberikan kesempatan kepada si anak untuk mengemukakan pendapat, berkosultasi secara baik, memperhatikan pendidikannya, kesehatannya, dan asupan yang baik,” paparnya.

Kemudian, lanjut Erwin, peran lingkungan juga menjadi hal yang patut diwaspadai terhadap perkembangan anak.

“Ketiga, peran di masyarakatnya. Jadi, anak harus tetap menjadi perhatian orang tua, anak bergaul dengan siapa dan kemana saja itu harus termonitor dan terawasi,” bebernya.

Karena menurut Erwin, saat ini banyak konten-konten di media sosial yang memperlihatkan adegan tentang kekerasan terhadap anak.

“Sehingga anak mencerna itu dan akibatnya anak mengikuti dari tayangan-tayangan tersebut, ini yang sering dimanfaatkan. Makanya, yang paling utama adalah sinergitas dari keluarga, lingkungan pendidikan, dan peran tetangga terdekat sangat penting,” tutupnya. (Erwin)

Exit mobile version