Citeureup, BogorUpdate.com – Orang tua wali murid Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Citeureup keluhkan pembelian pakaian adat Kebaya oleh pihak sekolah.
Pasalnya, kebaya seharga Rp 300 Ribu yang diarahkan ke sebuah toko Dwika Lestari Collection yang berada di jalan Taman Pagelaran, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor itu dinilai menjadi ajang bisnis.
Setidaknya kurang lebih ada 800 siswa-siswi SMAN 1 Citeureup yang diarahkan pihak sekolah ke satu toko di Ciomas untuk membeli Pakaian adat jenis Kebaya seharga Rp 300 ribu.
“Saya merasa keberatan dengan biaya segitu, untuk pembelian pakaian Kebaya oleh pihak sekolah yang diarahkan ke toko Dwika Lestari Collection, yang ada di Ciomas Bogor. Emang tidak ada pilihan lain yang lebih murah untuk membeli kebaya tersebut,” Kata orang tua siswa yang tidak mau disebutkan namanya.
Sementara saat dikonfirmasi pihak Sekolah melalui Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Citeureup, Ika mengatakan, adanya pakaian ada disekolah ini sesuai dengan arahan kemendikbud, bahkan sekolah harus memakai pakaian ada setiap hari Kamis.
“Kita mengikuti kemendikbud bahwa ada pakaian adat daerah atau pakaian nasional yang harus dipakai oleh sekolah, setiap hari Kamis. Himbauan ini mulai diterapkan tahun ini,” ucap Ika Wakepsek SMAN 1 Citeureup kepada Bogorupdate.com saat dijumpai disekolah.
Ia juga berdalih, pemesan pakaian kebaya dipesan oleh pihak sekolah kepada satu toko yang berada di Ciomas Bogor. Orang tua siswa bisa langsung pesan atau melalui Shopee online.
“Maka kita pesan kepada salah satu toko di Ciomas agar sekolah ini menggunakan pakaian ada sama semua tidak beda-beda,” ungkapnya.
Selanjutnya Ia juga menjelaskan, memang seharusnya pembelian kebaya ini lewat koperasi sekolah, karena koperasi belum siap dan barang mereka juga memang belum selesai, anak-anak sudah terlalu semangat makannya mereka sudah ada yang beli duluan ke toko tersebut.
“Sebenarnya yang jual koperasi sekolah, karena anak-anak sudah antusias mereka rame kenapa diundur lagi mereka itu udah semangat bangat pake baju adat jenis kebaya,” jelasnya.
“Kalau murid yang belum siap beli, kita ga apa apa, dia pake seragam sekolah juga tapi anak-anak yang sudah beli rame, kapan mau dipakenya, seharusnya setiap hari Kamis masalahnya masih ada beberapa siswa yang belum beli,” sambungnya. (Gus)