Ilustrasi kopi pait. (Ist)
KOPI PAIT
Oleh: Asep Syahmid
Opini, BogorUpdate.com – Persoalan mutasi atlet dari satu daerah ke daerah lain biasa terjadi bahkan bisa dikatakan sebagai “budaya” yang dilakukan ketika akan ada perhelatan olahraga multievent seperti Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) ataupun Pekan Olahraga Nasional (PON).
Mutasi atlet bukanlah hal yang haram atau tabu dalam dunia olahraga. Hingga tak jarang mutasi ini bisa menjadi senjata utama bagi daerah-daerah yang ingin memperkuat kontingennya dengan mendatangkan para atlet grade A dan berpeluang meraih medali emas dalam nomor dan cabor yang diikutinya.
Namun, mutasi atlet ini kerap dipicu oleh beberapa hal yang sangat klasik seperti soal kurangnya perhatian kesejahteraan yang diberikan kepada atlet ataupun bisa juga terjadi pindah domisili atau kerja.
Jika budaya mutasi atlet terus menjadi tradisi instan dalam meraih prestasi pada pesta olahraga multievent, maka ini akan mengubur talenta-talenta atlet asli daerah yang juga punya mimpi dan punya hak untuk tampil dalam membela daerahnya, karena kalah bersaing dengan atlet mutasi yang didatangkan dari daerah lain
Lantas apakah para pemangku kebijakan olahraga akan diam saja ketika budaya mutasi atlet terus dipertahankan menjadi satu “Keharusan”
Idealnya, pemberian gaji atlet atau insentif bulanan secara teratur dan terencana bisa menjadi solusi yang ideal dalam mengikis pelan pelan budaya mutasi atlet yang kerap terjadi jelang Porprov ataupun PON.
Pemberian gaji atlet harus dilakukan oleh SKPD yang menangani bidang keolahragaan ditiap daerah dan diberikan kepada para atlet sesuai dengan kluster prestasi yang dicapainnya.
Selain itu, nominal gaji atlet yang diberikan juga tentunya harus dibedakan sesuai dengan kluster prestasi yang diraih.
Para atlet yang akan diberikan gaji atlet tiap bulan tentunya harus berdasarkan usulan tiap cabor masing-masing dan dilakukan verifikasi data prestasi yang dicapai baik tingkat regional, nasional dan internasional.
Sebenarnya, Kabupaten Bogor melalui Dispora nya adalah salah satu daerah yang sudah membuat konsep atau program gaji atlet pada 3 tahun lalu.
Namun, entah kenapa konsep yang sangat bagus itu tiba-tiba hilang tak terdengar lagi. Padahal, konsep gaji atlet yang dibuat Dispora Kabupaten Bogor itu akan menjadi salah satu senjata utama dalam mengikis budaya mutasi atlet dan akan menjadi jalan terang bagi kemunculan atlet-atlet asli daerah Kabupaten Bogor dan binaan cabor sendiri.
Kabupaten Bogor, sebenarnya sangat mampu memberikan program gaji atlet kepada para atlet potensial, andalan dan unggulan dari masing masing cabor yang ada di KONI, NPCI ataupun SOIna.
Pemberian gaji atlet ini akan berdampak positif pada gairah dan motivasi kepada semua atlet asli daerah Kabupaten Bogor yang secara kualitas tidak kalah dari daerah lain yang didatangkan secara mutasi tiap mau ada event Porprov.
Jika pasca Porprov Jabar 2026, Pemkab Bogor melakukan program gaji atlet maka akan lahir para atlet dari cabor-cabor binaan KONI, NPCI dan SOIna yang bisa berjaya dikancah regional, nasional dan internasional.
Ketika program gaji atlet dilakukan maka tak akan ada lagi atlet mengeluh soal kesejahteraan. Atlet akan fokus berlatih berlatih dan siap memenangkan semua event yang diikutinya.
Satu hal lagi yang harus jadi catatan Pemkab Bogor adalah memberikan kesempatan kepada para atlet dan mantan Kabupaten Bogor yang pernah berjaya di kancah nasional dan internasional baik event PON, Peparnas, Asean Para Games, Sea Games, Asian Paralympics, Asian Games ataupun Olimpiade dan Paralyimpics untuk pegawai BUMD ataupun SKPD SKPD yang ada di Kabupaten Bogor.
Semoga ini menjadi salah satu solusi bagi kemajuan prestasi olahraga Kabupaten Bogor yang sudah punya segalanya baik dari daya dukung anggaran ataupun fasilitas dan sarana olahraga yang terhampar di Pakansari Sport Center dan Kampus Ksatria Arena Karadenan (PPOPM). (**)